Soliloqui


Ingatkah kawan dengan perjuangan kita untuk sampai pada titik ini? Pasti kalian semua mengingatnya, bahkan merekam semua peristiwa demi peristiwa itu. Atau adakah di antara kalian dengan sengaja menghapus memori itu dari pikiranmu? Sebab, peristiwa itu mungkin adalah perkara paling menyedihkan bagimu. Yakinlah, setiap peristiwa yang kita lalui selalu menyisakan makna tentang perjalanan hidup ini. Terkadang di saat kita sendiri, semua rekam jejak itu membuat kita tersenyum seraya berkata, “Ah lucunya, Aih, senangnya.” Di suatu terkadang lain, ingatan tentang peristiwa itu membuat kita menitihkan air mata sebab betapa menyedihkan dan menjengkelkan hal itu. Tenang saja itu perkara lumrah dan alami bagi kita sebagai manusia.

Pagi itu aku memasuki sebuah ruangan yang tampak tak asing bagiku. Sederetan buku-buku aneka warna berjajar rapi dalam rak-rak. Di sebuah sudut ada pula tumpukan buku-buku pasca dibaca beberapa orang. Di sebuah sudut lainnya, ku lihat beberapa orang bekerja dengan laptopnya sambil membolak-balik buku yang mulai lecek. Aku terus mengamati keadaan di sekelilingku itu. Tampak berbagai roman muka yang menghiasi ruang ini. Beberapa ada yang mengerutkan dahi seraya menggaruk kepalanya, adapula yang terus melotot dengan jeli, adapula roman muka yang tampak kelelahan ditandai dengan bentuk mata yang tak lagi indah.

Setelah itu, ku ingat-ingat apa yang harus kucari di ruang ini. Tentu saja buku yang kucari, tapi tentang apa dan terkait tugas apa. Ku berjalan di antara deretan rak-rak itu. Sambil membaca beberapa judul buku yang mungkin cocok dengan kebutuhanku. Nah, ketemu juga akhirnya buku-buku ini. Sekarang aku sudah punya modal cukup untuk menaklukkan tugas-tugas itu.

Leave a comment