PENDAHULUAN
Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan kegiatan manusia di bidang ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan,dll. Kontak dalam bidang-bidang tersebut menyebabkan suatu bahasa terpengaruh bahasa yang lain. Proses seperti itu tidak mungkin dihindarkan. Saling mempengaruhi bahasa pasti terjadi, misalnya kosakata bahasa yang bersangkutan. Selain itu kebutuhan akan komunikasi dengan penutur bahasa lain menyebabkan seseorang mempelajari bahasa lain, sehingga munaucullah kedwibahasaan atau bahkan multibahasaan
A. KONSEP ETNISITAS
Dalam buku Sociolinguistic and Language Education (2010), Waters (1990) mengungkapkan bahwa pada umumnya orang menghubungkan etnisitas dengan perbedaan berdasarkan asal negara, bahasa, agama, makanan dan penanda budaya lainnya, dan hubungan ras untuk pembedaan berdasar penampilan fisik. Dapat dikatakan bahwa etnis merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan karakteristik budaya, bahasa, dan penampilan fisik tetapi memiliki perbedaan identitas dengan sekelompok orang yang lain.
Thomas dan Wareing (2007:136) menyebutkan dua konsep yang banyak digunakan dalam pembahasan keompok etnis yakni “etnis mayoritas” dan “etnis minoritas”. Etnis mayoritas adalah kelompok budaya yang berperan dominan dalam mempengaruhi infrastruktur-infrastruktur dalam sebuah negara. Dengan kata lain, kelompok ini adalah pemegang kekuasaan sosial dan politik. Sementara itu, etnis minoritas mengacu pada kelompok etnis yang kekuasaan sosial dan politiknya kecil atau tidak ada sama sekali.
Thomas dan Wareing (2007:137) menegaskan bahwa keyakinan-keyakinan yang dibentuk oleh etnis mayoritas dianggap sebagai sesuatu yang normal/wajar. Di lain sisi, segala sesuatu yang berbeda dari etnis mayoritas akan dianggap atipikal/tidak wajar atau nyeleneh. Hal itu pun tampak pada penggunaan bahasa etnis mayoritas dan minoritas. Etnis mayoritas sering menggunakan bahasa yang menekankan sifat “beda” dari etnis minoritas. Akan tetapi etnis minoritas pun dapat membedakan diri mereka dari etnis mayoritas dalam hal penggunaan bahasa (Thomas dan Wareing, 2007:152).
Ketika orang termasuk dalam kelompok yang sama, mereka sering berbicara dengan bahasa sama. Namun ada banyak kelompok berbeda dalam sebuah komunitas, sehingga setiap individu dapat berbagi fitur linguistik dengan berbagai pembicara lain. Beberapa fitur linguistik tersebut mengindikasikan status sosial seseorang. Ada juga petunjuk untuk penanda etnis seseorang. Setiap individu memanfaatkan semua sumber daya ini ketika mereka sedang membangun identitas sosialnya (Holmes, 2001:175).
Contoh 1
Ketika saya masih di Montreal saya menemukan sebuah restoran kecil di daerah tua Perancis di mana menu yang disajikan terjangkau dan menarik. Saya disambut dengan bahasa Perancis oleh pelayan dan saya menjawabnya dengan bahasa Perancis pula, melalui aksen jelas mengisyaratkan bahwa saya adalah seorang penutur asli bahasa Inggris. Pada titik ini pelayan, seorang bilingual- memiliki pilihan. Ia memilih untuk melanjutkan ke dalam bahasa Perancis dan meskipun saya tidak bisa memastikan alasannya. Saya menginterpretasikan pilihan ini sebagai ungkapan keinginannya untuk diidentifikasi sebagai orang Perancis Kanada.
Banyak kelompok etnis menggunakan bahasa khas yang berhubungan dengan identitas etnisnya. Ketika proses komunikasi berlangsung, sering memungkinkan orang untuk memberi sinyal etnisnya melalui pemilihan bahasa yang digunakan. Bahkan ketika percakapan lengkap dalam bahasa etnis tidak mungkin berlangsung, orang dapat menggunakan frasa singkat, pengisi lisan atau tanda linguistik.
Di Selandia Baru banyak orang Maori secara rutin menggunakan sapaan seperti kie ora dan percakapan antara dua orang Maori mungkin menggunakan frasa tegas seperti e ki, tanda pelunakan seperti ne, dan tanggapan seperti ae, bahkan ketika tidak berbicara bahasa Maori lancar. Tawar-menawar dengan pengecer Cina di pusat perbelanjaan, orang Cina-Singapura sama-sama sering menandai latar belakang etnis dengan tanda linguistik, seperti kata yang tidak diterjemahkan la, dan frasa atau kata-kata dari bahasa etnisnya. Penekanan etnis secara umum mungkin berarti mendapatkan tawaran yang lebih baik.
Ketika sebuah kelompok mengadopsi dengan senang hati atau terpaksa bahasa dominan dalam masyarakat -simbol penting etnis bahasa mereka sering menghilang. Orang Italia di Sidney dan New York, Orang India dan Pakistan dan Jamaika dalam situasi ini.
Kelompok etnis sering menanggapi situasi di atas dengan menggunakan bahasa mayoritas dengan sebuah cara yang menandakan identitas etnis mereka. Untuk kelompok di mana tidak ada pengidentifikasian ciri fisik untuk membedakan mereka dan orang lain dalam masyarakat, fitur linguistik khas tersebut merupakan simbol penting yang tersisa sesudah bahasanya menghilang. Makanan, agama, pakaian, dan gaya bicara yang khas adalah semua cara bahwa etnis minoritas dapat digunakan untuk membedakan diri dari kelompok mayoritas.
B. Penggunaan Bahasa Sebagai Penanda Identitas Etnis
Etnis minoritas di suatu negara selalu berusaha untuk membedakan diri mereka dari etnis mayoritas. Contohnya, etnis minoritas tetap menggunakan bahasa asli mereka yang berbeda dengan bahasa resmi yang digunakan etnis mayoritas. Tentu saja, etnis mayoritas ada yang tidak setuju sehingga muncullah label negatif tentang penggunaan bahasa minoritas. Berikut ini akan dipaparkan status bahasa Afrika Amerika Vernakular Inggris atau bahasa Ebonik (bahasa khas kulit hitam) di Amerika dan British Black English di negara Inggris.
a) Amerika Afrika Vernakular Inggris
Dalam buku Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan karya Thomas dan Wareing (2007:152) dijelaskan bahwa pada tahun 1990 ada kira-kira 30 juta orang Afro-Amerika di AS (sekitar 12% dari total populasi). Sebanyak 80-90 persen kalangan Afro-Amerika ini diperkirakan menggunakan jenis bahasa Ebonics (dari kata “ebony” yang berarti “hitam” dan “phonics” yang berarti suara. Selain itu, Ebonics juga dikenal sebagai African American Vernacular English (AAVE, bahasa sehari-hari (vernakular) dari kalangan Afro-Amerika).
Dialek AAVE ini memiliki sejumlah fitur yang tidak terjadi dalam standar utama Amerika Inggris, dan lain-lain yang terjadi sangat jauh lebih sering dalam variasi standar. Tindakan linguistik berbeda ini sebagai simbol etnisitas (Holmes, 2001:177). Mereka mengekspresikan banyak rasa kekhasan budaya Afrika Amerika
Ada banyak kalangan masyarakat Eropa-Amerika dan bahkan kalangan Afro-Amerika yang menganggap bahasa Ebonik bukanlah bahasa yang normal/wajar. Penyebabnya adalah ebonik sebagai varian dari bahasa Inggris memiliki perbedaan dengan bahasa Inggris standar di Amerika. Bahkan banyak yang memandang bahasa Ebonik/AAVE ini sebagai bahasa Inggris yang “rusak” atau penuturnya dianggap “bodoh, tidak berpendidikan.”
AAVE terdengar terutama di kota-kota utara di Amerika Serikat. Salah satu fitur yang paling khas adalah tidak lengkapnya kata kerja kopula be dalam beberapa konteks sosial dan linguistik. Dalam kebanyakan konteks tuturan, pembicara bahasa Inggris standar menggunakan bentuk kata kerja be dipersingkat atau dikurangi. Dengan kata lain, orang tidak biasa mengatakan She is very nice tetapi She’s very nice. Mereka mengurangi atau menyingkat is to s.
Contoh 4
African American Vernacular English
|
American Standard English
|
She very nice
He a teacher
That my book
The beer warm
|
She’s very nice
He’s a teacher
That’s my book
The beer’s warm
|
Dalam rekaman tuturan Detroit, misalnya, orang Amerika kulit putih tidak pernah menghilangkan kopula kata kerja be, sedangkan Afrika Amerika –terutama yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah- teratur melakukannya.
Secara jelas dapat disimpulkan bahwa tata bahasa AAVE memiliki beberapa fitur yang tidak terjadi dalam tata bahasa orang Amerika putih. Namun, ada banyak fitur bahasa Inggris yang digunakan oleh kelompok-kelompok sosial ekonomi rendah di Amerika Serikat- yang juga terjadi pada AAVE. Pada umumnya pembicara AAVE hanya menggunakan fitur ini lebih sering daripada orang Amerika putih (Thomas dan Wareing,2007:158).
Dari sini kita lihat bahwa menggunakan bahasa yang lazim digunakan masyarakat luas akan dianggap sebagai penolakan atau pengkhianatan terhadap identitas budaya atau etnisnya. Sama seperti bahasa Patois di Inggris, bahasa Ebonik di AS dan kalangan yang menggunakan tetap tidak diakui secara resmi oleh etnis mayoritas di AS. Namun Ebonik tetap hidup sebagai sebuah bahasa yang menyatukan sebagian besar dari populasi Afro-Amerika di As. Ini berarti bahwa para penutur bahasa Ebonik mendapatkan sesuatu dari kalangan mereka dan dari satu sama lain yang tidak mereka dapatkan dari dunia yang ditawarkan kepada mereka sebagai dunia yang lebih unggul dan lebih baik oleh mayoritas (Lippi-Green, 1997:201 melalui Thomas dan Wareing).
b) British Black English
Di Inggris, cara etnis minoritas yang berbeda dalam berbicara bahasa Inggris sering sekali memiliki kekhasan sama. Bahasa Inggris etnis yang berbicara bahasa minoritas seperti Gujarat, Punjabi, dan Turki pada umumnya memberi sinyal latar belakang etnisnya. Dan orang-orang India atau Afrika asal Karabia menggunakan batasan varietas, tergantung pada tempat mereka tinggal di Inggris dan berapa lama keluarga mereka telah tinggal di Inggris. Mereka yang lahir di Inggris Raya biasanya digambarkan sebagai anggota kelompok masyarakat kulit hitam Inggris dan sebagian besar berbicara variasi bahasa kreol Jamaika sama baiknya dengan variasi bahasa Inggris.
Variasi bahasa Kreol Jamaika yang digunakan oleh orang kulit hitam Inggris dikenal sebagai Patois. Orang Jamaika di London, misalnya adalah variasi London Patois. Variasi tersebut berasal dari bahasa Kreol Jamaika, tetapi memiliki sejumlah fitur yang membedakannya dari variasi Jamaika.
Contoh 6:
Polly adalah seorang remaja kulit hitam Inggris yang tinggal di Midlands Barat. Orang tuanya datang ke Inggris dari Jamaika pada tahun 1963 untuk mencari pekerjaan. Meskipun Ibu Polly memiliki pendidikan baik di Jamaika, satu-satunya pekerjaan yang mampu ia temukan di Dudley adalah membersihkan kantor pada malam hari. Ayah Polly bekerja di pabrik tetapi sekarang dia dipecat dan telah menganggur selama hamper dua tahun. Mereka tinggal di lingkungan yang didominasi orang hitam dan hampir semua teman Polly adalah orang kulit hitam muda. Polly dan orang tuanya mendatangi gereja Pentekostal lokal. Kakaknya juga menghadirinya, tapi ia telah berhenti sejak ia keluar sekolah
Repertoir lisan Polly meliputi berbicara bahasa Inggris standar dengan aksen Midlands Barat, sebuah variasi bahasa Inggris informal dengan beberapa fitur Patois yang bisa digambarkan sebagai Midlands hitam Inggris, dan Patois,, variasi kreol jamaika yang digunakan oleh orang-orang kulit hitam di Dudley.
Pola penggunaan bahasa Polly tidak sederhana. Sementara itu, kakak dan orang tuanya menggunakan Patois kepadanya. Ia diharapkan menggunakan bahasa Inggris dalam menanggapi. Di rumah Ia biasa menggunakan bahasa Inggris kulit hitam Midlands, tetapi ia menggunakan variasi lebih standar kepada gurunya di sekolah. Di kebanyakan toko ia menggunakan bahasa Inggris standar dengan aksen lokal, kecuali dia tahu ada orang kulit hitam muda di belakang meja, maka ia mungkin menggunakan bahasa Inggris kulit hitam Midlands.
Etnis Polly ditandai dengan tidak begitu banyak oleh pengetahuan variasi tertentu, tetapi dengan cara dia menggunakan variasi dalam repertoar linguistiknya. Banyak orang kulit hitam muda Inggris menggunakan Patois untuk berbicara dalam kelompok sebagai simbol etnis mereka, tetapi tidak semuanya pengguna mahir.
Hal itu mencerminkan fakta bahwa mereka milik bersama sebagai sebuah kelompok orang muda hitam Inggris. Seseorang yang menggunakan bahasa Inggris standar di kelompok ini ketika berbicara di kantin di antara pelajaran, misalnya akan diberi label ‘cerewet’ atau ‘sombong’.
Ada sejumlah variasi bahasa Inggris kulit hitam Inggris seperti variasi Polly Midlands, variasi London, serta variasi Patois regional, meskipun banyak yang belum dijelaskan. Fungsi variasi ini sebagai simbol etnis di kalangan orang-orang hitam Inggris. Mereka bahkan bisa dianggap sebagai contoh ‘antibahasa’, sebuah istilah yang telah digunakan untuk mencerminkan oposisi fungsi ekspresi mereka dengan nilai-nilai utama masyarakat Inggris kulit putih yang mengecualikan orang kulit hitam dan budaya mereka
C. Jaringan sosial
Jaringan dalam sosiolinguistik mengacu pada pola hubungan informal orang yang terlibat secara teratur (Holmes, 2000:184). Ada dua istilah yang telah terbukti sangat berguna untuk menggambarkan berbagai jenis jaringan – kepadatan dan kompleksitas. Kepadatan mengacu pada apakah anggota jaringan seseorang berhubungan satu sama lain. Apakah teman-teman Anda mengenal satu sama lain secara independen? Jika demikian jaringan Anda memenuhi kepadatan. Hubungan mengenal dan berinteraksi secara teratur dengan sesama teman Tom, sama baiknya dengannya. Jelas bahwa Tom milik jaringan padat. Berikut ini ilustrasi tentang jaringan sosial yang dimiliki oleh Tom.
Contoh 2
Tom tinggal di Ballymacarrett, daerah timur protestan dari Lagan sungai di Belfast. Dia berumur 18 tahun dan bekerja sebagai pekerja magang di galangan kapal. Dia mendapatkan pekerjaan melalui Paman Bob dan Ia memiliki sepupu Mike yang bekerja di tempat sama. Ia dan Mike tinggal di jalan yang sama dan hampir setiap malam mereka minum bir bersama-sama setelah bekerja. Mereka juga menjalankan disko dengan dua temannya, Jo dan Gerry, dan itu berarti bahwa beberapa malam dalam seminggu mereka melakukan perjalanan melintasi kota untuk tampil di tempat yang berbeda.
Cara Tom dan sepupunya berbicara merefleksikan fakta bahwa mereka milik sebuah komunitas pekerja kecil yang hubungannya erat. Laki-laki yang bekerja dengannya dan campur dengan pekerjaan di luar hubungan dan juga tetangga, mereka semua berbicara sama. Pola yang dicatat pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa sebagai anggota dari kelas pekerja, mereka akan cenderung menggunakan bentuk yang lebih vernankular disbanding kelompok sosial lainnya. Tom dan temannya menggunakan sejumlah besar bentuk tuturan vernankular.
Mereka sering menghapus th [ ] pada mother dan brother, dan mengucapkan man dengan [mo:n], dan map dengan [ma:p]. Sebaliknya orang-orang dalam komunitas Tom yang tidak memiliki bagian lebih dalam kekerabatan, tetangga dan jaringan kerja-yang lebih marginal- cenderung berbicara kurang ‘luas’. Misalnya, Sandy, seorang laki-laki yang hidup di tepi Ballymacarret bekerja sebagai pegawai negeri. Dia datang dari Irlandia Selatan dan tidak memiliki keluarga di Belfast. Ia melihat orang seperti Tom hanya sesekali di pub. Dia tidak benar-benar bagian erat dari para lelaki Ballymacarret dan tuturannya mengungkapkan hal ini. Ia menggunakan bentuk vernankular jauh lebih sedikit daripada Tom dan Mike.
Plexity adalah ukuran dari berbagai jenis orang yang terlibat dalam transaksi dengan individu yang berbeda. Hubungan uniplex adalah salah satu tempat link dengan orang lain dalam satu bidang. Anda dapat dikaitkan dengan orang lain misalnya hanya karena Anda bekerja bersama, mungkin Anda bermain badminton bersama dan tidak pernah bertemu dalam konteks lain. Jika sebagian besar transaksi dalam komunitas adalah dari jenis jaringan ini, akan ditandai sebagai uniplex. Hubungan multiplex sebaliknya, melibatkan interaksi dengan lainnya sepanjang beberapa dimensi. Jika sebagian besar transaksi dalam komunitas seperti itu, jaringan akan dianggap multiplex. Jaringan Tom adalah multiplex karena orang-orang yang bekerja dengannya, juga merupakan teman di pub, relasi, dan tetangga.
Tidak mengherankan bahwa tuturan orang harus mencerminkan jenis jaringan yang dimiliki. Orang yang berinteraksi dengan kita adalah salah satu pengaruh penting pada tuturan. Ketika ada orang yang bergaul dengan kita secara teratur memiliki kelompok homogen, biasanya kita akan berbicara sama dengan kelompok tersebut. Siapa yang berbicara dengan kita dan yang mendengarkan secara teratur adalah pengaruh penting pada cara kita berbicara.
D. Bilingualisme dan Multilingualisme
Bahasa memiliki peran penting terhadap sekelompok masyarakat. Kondisi masyarakat yang majemuk mengakibatkan setiap kelompok masyarakat berbicara dengan bahasa berbeda. Banyak negara di dunia ini mengenal lebih dari dua macam bahasa. Misalnya, Perancis, India, Kanada, Nigeria, dan Indonesia. Ada banyak negara yang secara linguistik terpilah-pilah sehingga setiap anak menjadi dwibahasawan (bilingual) atau anekabahasawan (multilingual) (Sumarsono, 2012:164).
Sebagai contoh berikut ilustrasi yang memberikan gambaran masyarakat dwibahasawan.
Pilar adalah anak yang dilahirkan dari latar belakang orang tua bersuku Jawa. Dalam kesehariannya, bahasa Jawa digunakannya untuk berinteraksi dengan orang tua dan tetangga. Dengan demikian, ia berbahasa ibu bahasa Jawa. Ketika bersekolah ia mulai mengenal bahasa Indonesia dan sejak itu ia mulai mahir berbahasa Indonesia.
Ilustrasi tersebut terjadi dalam konteks wilayah Indonesia. Setiap anak yang bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia berpotensi menjadi bilingual. Terlebih di Indonesia yang memiliki sejumlah bahasa daerah tertentu menyebabkan kemungkinan besar setiap orang adalah bilingual. Hal itu sesuai dengan asumsi Edward (1994:55) bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak tahu beberapa kata dalam sebuah bahasa selain bahasa ibu.
Lalu apa bilingual itu? Menurut kamus Webster (1961) bilingual didefinisikan sebagai ‘memiliki atau menggunakan dua bahasa terutama karena diucapkan dengan karakteristik penutur asli, orang yang menggunakan dua bahasa terutama karena kebiasaan dan dengan kontrol. Sementara itu, Kamal K Sridhar melalui Sandra dan Nancy (2009:47) mengatakan bahwa istilah bilingual dan multilingual telah digunakan secara bergantian dalam literatur untuk merujuk pada pengetahuan atau penggunaan lebih dari satu bahasa oleh seorang individu atau komunitas.
Ada beberapa jenis masyarakat multilingual. Grosjean (1982:12-13) dalam Sandra dan Nancy (2009:48) menyebutkan dua jenis masyarakat multilingual, yaitu prinsip teritorial multilingualisme dan prinsip personalitas. Prinsip teritorial multilingualisme mengacu pada keseluruhan bangsa adalah multibahasa tetapi tidak semua individu multibahasa. Sementara prinsip personalitas menyatakan bahwa bilingualisme adalah kebijakan negara dan sebagian besar individu adalah multibahasa.
ALASAN LAHIRNYA MULTILINGUALISME
Bagaimana sebuah masyarakat dapat menjadi multilingual? Tentu saja ada beberapa faktor yang mendasarinya. Faktor yang paling jelas menyebabkan multilingualisme masyarakat adalah migrasi (Sidhar melalui Sandra dan Nancy (2009:48). Ketika penutur bahasa menetap selama bertahun-tahun di daerah tempat bahasa lain digunakan dan terus mempertahankan bahasa mereka sendiri maka penutur tersebut menjadi multilingual.
Penyebab lain multilingualisme masyarakat adalah kontak budaya. Ketika masyarakat mengimpor dan mengasimilasi lembaga kebudayaan masyarakat lain selama bertahun-tahun, mungkin multilingualisme pun terwujud. Alasan ketiga menurut Sidhar melalui Sandra dan Nancy (2009:48) adalah aneksasi dan kolonialisme. Di samping itu, ada pula alasan lain seperti ketergantungan komersial, ilmu pengetahuan, dan teknologi dari penutur bahasa tertentu ke penutur bahasa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Edward, John. 2003. Multilingualism. London: Routledge
Holmes, Janet. 2001. An Introduction to Sociolinguistics. London: Pearson.
Mckay, Sandra Lee dan Nancy H Hornberger. 2009. Sociolinguistics and Language Teaching. London: Cambridge University Press.
Mackay, Sandra Lee dan Nancy H Hornberger. 2010. Sociolinguistic and Language Education
Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar